top of page
Agung Budi Setiyono

GUA HIRA SEBAGAI SAKSI BISU AWAL RISALAH KENABIAN



Bagi umat muslim, gua Hira merupakan tempat yang sangat spesial. Sebab Gua Hira merupakan salah satu saksi sejarah awal perjalanan risalah kenabian dalam islam. Gua yang dimana Nabi Muhammad sering beruzlah (menyendiri) serta bertafakur di gua tersebut tatkala Nabi Muhammad sedang gundah, gelisah, dan cemas atas kondisi sosial masyarakat Makkah kala itu.


Di tempat ini pula Allah SWT menurunkan wahyu pertama yang dibawa Malaikat Jibril. Pada hari itu, Malaikat Jibril menyerupai manusia berjubah putih bersih yang muncul di tengah kegusaran Nabi Muhammad atas kaumnya. Ketika melihat sosok asing itu Nabi seketika ketakutan, gugup dan cemas.


Dalam hadist disebutkan, sosok itu membawa sebuah lembaran lalu berkata kepada Nabi Muhammad, “Iqra” bacalah hai Muhammad.

Lalu, Nabi berkata “aku tidak bisa membaca.”

Sosok berjubah itu pun memeluk Nabi dengan erat lalu berkata lagi “bacalah hai Muhammad.”


Nabi kembali mengatakan aku tidak bisa membaca.


Setelah tiga kali Nabi mengatakan “tidak bisa membaca” dan sosok itu tetap memintanya membaca, lalu Nabi Muhammad bertanya “apa yang harus aku baca?”


Jibril pun meminta Nabi Muhammad membaca lima ayat pertama dalam Surah Al Alaq.

“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu yang Mahamulia. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahui.” (QS Al-Alaq 1-5).


Setelah mengajari Nabi membaca ayat tersebut, Malaikat Jibril tiba-tiba menghilang. Nabi gemetar ketakutan. Beliau langsung mengambil bekalnya, bergegas turun dari Jabal Nur untuk kembali ke rumahnya.


Setiba di bawah, di lereng gunung, Nabi mendengar suara dari langit tiga kali. “Wahai Muhammad, engkau adalah utasan Allah dan aku adalah Jibril.”

Dalam keadaan gemetar, Nabi Muhammad bergegas meminta istrinya agar memberikan selimut padanya.


Kemudian, berceritalah Nabi Muhammad tentang peristiwa yang baru saja dialaminya di gua Hira. Tidak perlu menunggu lama, Khadijah langsung mengimani (mempercayai) apa yang disampaikan suaminya. Sebab, sejak kecil Nabi Muhammad SAW sudah dikenal sebagai seorang pria yang jujur. Karena itu, ia dijuluki dan diberi gelar 'Al-Amin' (yang dapat dipercaya). Khadijah yakin, suaminya telah dipilih oleh Allah SWT.


Diriwayatkan dari Khodijah RA, “Sesunggunya Nabi telah menyendiri di Gua Hira. Beliau melihat mimpi yang benar, sampai kemudian Jibril turun membawa wahyu, lalu Nabi pulang ke rumahnya dengan gemetar. Setelah itu beliau menceritakan kepada istrinya kejadian yang telah menimpanya. Dan Khodijah-pun memberitahukan hal itu kepada pamannya Waroqoh bin Naufal. Waroqoh memberi kabar gembira tentang kenabiannya seraya berkata,


“Sesungguhnya dia adalah Nabi umat ini.”


Wahyu dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW di gua Hira itu merupakan titik awal cahaya Islam yang terus menerus terang sampai sekarang. Gua Hira menjadi saksi bisu sejarah awal kenabian yang diberikan kepada Nabi Muhammad dan mulai menjalankan tugas kenabiannya pada usia 40 tahun. Sejak saat itulah risalah kenabian mulai diembankan kepada manusia paling mulia, Nabi akhir zaman dan pemimpin para Nabi.


Penulis,

M. Amrullah Al-Hasany


47 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page