Pemegang Kunci Kabah
Dalam sejarahnya, Ka’bah merupakan bangunan yang sangat penting dan sangat dihormati oleh masyarakat Mekkah dan mereka yang tinggal di sekitarnya. Sebelum Islam datang, Ka’bah menjadi pusat peribadatan, ekonomi, sosial, budaya, dan seni masyarakat Mekkah dan sekitarnya. Sementara setelah Islam datang, Ka’bah menjadi ‘titik temu’ seluruh umat Islam dari seluruh penjuru dunia.
Mereka berbondong-bondong datang ke Mekkah untuk menunaikan rukun Islam kelima, haji. Di samping ibadah umrah. Sama seperti rumah pada umumnya, Ka’bah juga memiliki pintu, kunci dan gembok, talang, dinding, dan lainnya. Setiap saat Ka’bah ditutup dan dikunci. Tidak sembarang orang bisa masuk Ka’bah.
Karena hanya orang-orang tertentu saja lah -yang diizinkan Raja Arab Saudi sebagai Pelayan Mekkah-Madinah- yang diperbolehkan masuk ke Ka’bah. Dari situ muncul pertanyaan, siapa yang ditugaskan untuk membawa dan menyimpan kunci pintu Ka’bah?
Dilansir al-arabiya, selama lebih dari 16 abad -bahkan sebelum Islam datang, anak cucu Qusai bin Kilab bin Murah merupakan orang yang ditugaskan untuk merawat Ka’bah, termasuk yang menyimpan kuncinya. Memang, pada saat itu Qusai menduduki jabatan al-Sadanah, yaitu pihak yang bertanggung jawab atas pakaian dan kunci Ka’bah.
Qusai menyerahkan kunci Ka’bah kepada anak pertamanya, Abdu al-Dar. Lalu, Abdul al-Dar menyerahkan kunci Ka’bah kepada anak pertamanya. Dan begitu pun cucu-cucunya, selalu menyerahkan kunci Ka’bah kepada anak pertamanya.
Pada zaman Rasulullah, yang bertugas merawat Ka’bah dan memegang kuncinya adalah Utsman bin Talhah. Pada saat peristiwa Penaklukkan Mekkah (Fathu Makkah), kunci Ka’bah diambil paksa Ali bin Abi Thalib dari tangan Utsman bin Talhah untuk membuka Ka’bah.
Segera pada saat itu, Abbas bin Abdul Muthalib meminta kepada Rasulullah agar kunci Ka’bah dijaga keluarganya. Namun, Rasulullah tidak mengabulkannya. Bahkan, Rasulullah mengembalikan kunci itu kepada Utsman bin Talhah. Ini dilakukan Rasulullah setelah menerima wahyu Surat an-Nisa ayat 58. Lalu, Utsman bin Talhah mewariskan kunci Ka’bah itu kepada saudaranya, Syaibah. Hingga hari ini, kunci Ka’bah dipegang oleh anak cucu keturunan dari Bani Syaibah.
Dalam sebuah video yang beredar, seorang Syekh Bani Syaibah, Saleh Syaibah, memperlihatkan kunci Ka’bah dan pintu Taubat. Anak cucu keturunan dari Bani Syaibah bertanggung jawab untuk merawat Ka’bah, termasuk membuka dan menutupnya, membersihkan dan mencucinya, serta merawat Kiswah atau kelongsongnya.
Perlu diketahui bahwa bagian dalam Ka’bah dicuci dua kali dalam satu tahun dengan menggunakan air zamzam dan air mawar. Biasanya prosesi itu dilakukan pada bulan Sya’ban dan Muharam.
Sementara itu, kunci Ka’bah terbuat dari nikel dan memiliki panjang 35 cm. Kunci tersebut dilapisi dengan emas 18 karat. Kunci itu juga sudah mengalami beberapa perubahan dan terakhir pada November 2013.
Di Turki, ada sebuah museum yang menyimpan 48 kunci –dengan bentuk yang berbeda-beda- Ka’bah sejak era Kekaisaran Turki Usmani. Sementara di Arab Saudi ada dua replika kunci yang terbuat dari emas murni.
Merujuk buku Mekkah: Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim, dulu Suku Quraisy membagi tiga jabatan untuk memperbaiki pengelolaan kota Mekkah.
Pertama, al-Sadanah. Jabatan ini bertanggung jawab untuk mempersiapkan dan menjaga kunci Ka’bah. Qusai bin Kilab adalah orang yang ditugaskan untuk mengisi pos ini.
Kedua, al-Siqayah. Posisi yang tugasnya menyiapkan air dan kebutuhan pokok lainnya untuk mereka yang berziarah ke Ka’bah. Terakhir, al-Rafadah. Mereka bertugas untuk menyediakan akomodasi dan konsumsi bagi para jamaah yang datang ke Ka’bah.
==========================
Link : www.berangkat-umroh.com
Umroh Terpercaya 100 % Pasti Berangkat " Umro ya Hisar Global "
Comments