top of page
Muzaki Alfauzi Dimyati

UMROH ITU PANGGILAN, DIPANGGIL ATAU TERPANGGIL ? (Bagian 2)


Jadi Allah Swt memanggil, kita dipanggil, tetapi hanya Sebagian saja dari kita yang “terpanggil”. Itu semua tergantung respon kita setelah menerima panggilan. Dan rasanya kurang tepat apa yang kita lakukan ketika ada orang yang mau berangkat Umroh kita ngomong (titip pesan) “nanti nama saya di panggil atau disebut ya”. Karena sebenarnya bukan kapasitas manusia (jama’ah) untuk melakukan panggilan ini. Cukuplah kita minta dido’akan saja sesuai apa yang kita harapkan, karena sesungguhnya sebagai sesama manusia kita mesti saling mendoakan dalam kebaikan.


Sebenarnya disini kurang sesuai dengan penyebutan Umroh itu adalah “Panggilan Allah” atau dengan alasan “Belum Ada Panggilan”. Dengan penyebutan “panggilan Allah” itu sepertinya mengesankan bahwa Allah itu pilih kasih kepada hambanya. Lalu apa itu berarti orang yang belum Umroh itu bukanlah orang pilihan? Atau bukan orang-orang yang disukai Allah? Apakah Allah lebih memandang orang yang berangkat Umroh itu lebih mulia daripada mereka yang belum berangkat Umroh? Apakah Allah sama sekali tidak melihat niat dan usaha hambaNya itu untuk bisa berangkat ke Tanah Suci?


Allah Swt itu pasti suka kepada semua hamba yang beribadah kepadaNya, dan itu tidak terbatas hanya kepada ibadah Umroh saja. Allah pasti juga suka kepada mereka yang melaksanakan Sholat, Puasa dan Ibadah lainnya, asal dengan satu syarat bahwa semua itu dilakukan benar-benar niat karena Allah bukan karena pamer atau niat lainnya.


Oleh karena itu istilah “Umroh itu panggilan Allah” akan lebih tepat apabila diganti dengan “Umroh adalah atas izin Allah”. Yakinlah bahwa Allah tidak memanggil orang-orang yang mampu tapi Allah memampukan orang-orang yang terpanggil.


Untuk bisa menjadi yang “terpanggil” niat saja tidak cukup. Harus dengan “niat dan keinginan yang kuat” yang dimanifestasikan atau diwujudkan dalam tindakan kita. Berdoa setiap waktu dan mengerahkan segenap tenaga dan usahanya untuk bisa pergi ke Baitullah. Keinginan yang kuat akan menuntun kita ke jalan menuju Baitullah. Apabila ternyata sampai menjelang ajal kita belum bisa merealisasikan niat dan keinginan kuat kita untuk mengunjungi Baitullah dengan berbagai alasan, kita masih ada peluang untuk berangkat Umroh yaitu anak cucu kita yang insyaAllah akan memberangkatkan kita Umroh.


Apabila kita lahir dan dibesarkan sebagai seorang muslim, bukankah kita sudah disiapkan sejak dini? Bukankah rukun islam adalah Syahadat, Sholat, Zakat, Puasa Ramadhan dan Haji? Dan bukankah Umroh itu sendiri merupakan Haji Shugro atau Haji Kecil yang sama-sama diwajibkan seperti Haji bagi orang yang mampu. Apabila Islam diibaratkan sebagai sebuah bangunan, maka Rukun Islam merupakan tiang-tiang penyangga utama bangunan itu. Bangunlah tiang-tiang itu dan mulailah dari yang paling bisa dan memungkinkan untuk dibangun. Jadi sejak dini semestinya kita juga sudah harus siap-siap menyediakan material-material yang diperlukan untuk membangun tiang-tiang tersebut. Namun kenyataannya banyak yang sekedar atau bersungguh-sungguh membangun 4 tiang utama dan mengesampingkan 1 tiang utama itu.

Wallahu a’lam bisshowab.


Untuk info lebih lanjut mengenai umroh silahkan hubungi :

Penulis : Abi Muzaki Alfauzi Dimyati (Koordinator PT. Hisar Global Indonesia Wilayah Sumatera)

Whatsapp : 0812-6512-2992 / 0811-6813-222

49 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Opmerkingen


bottom of page